Did You Know?
Terima kasih Pengunjungku :
Saturday, June 30, 2018
Homeschooling tak sekedar memindahkan sekolah ke rumah
Posted by @Cahangon75 at Saturday, June 30, 2018Ada sebagian keluarga yang menjalani homeschooling pada saat anaknya sudah masuk usia sekolah. Awalnya anaknya sekolah, tapi kemudian keluarga ingin beralih ke homeschooling karena berbagai alasan.
Bagaimana menjalani homeschooling untuk anak yang beralih dari sekolah?
Tak sekedar memindahkan sekolah ke rumah
Apapun alasan orangtua melakukan homeschooling, semuanya adalah sah sebagai usaha orangtua memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Homeschooling itu legal dan dijamin Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yang perlu disadari orangtua, menjalani homeschooling tak bisa begitu saja meng-copy proses yang terjadi di sekolah. Meniru secara persis sekolah dan kemudian dipraktekkan di rumah memiliki kegagalan sangat tinggi karena rumah berbeda dari sekolah.
Yang pertama, semua interaksi yang terjadi di rumah berlangsung secara informal. Komunikasi antara orangtua dan anak berlangsung secara informal dan kasual, berbeda dengan komunikasi antara guru dan murid yang bersifat formal. Oleh karenanya, pendekatan komunikasi dalam proses belajar pun berbeda.
Yang kedua, orangtua berbeda dari guru. Walaupun salah satu fungsi orangtua dalam homeschooling adalah menjadi guru (sumber ilmu), tetapi fungsi terbesarnya bukan di sana. Sumber ilmu bisa diperoleh dari mana saja. Fungsi utama orangtua dalam homeschooling adalah menjadi inspirator, motivator, dan manajer kegiatan belajar anak. Atau, secara sederhana fungsi orangtua adalah mirip kepala sekolah.
Yang ketiga, sarana di rumah tak sama dengan sekolah. Pengaturan ruang-ruang di rumah pun berbeda dengan sekolah. Oleh karena itu, belajar dalam homeschooling sering mengambil bentuk-bentuk yang berbeda dengan menggunakan keseharian dan berbagai sarana yang ada di dunia nyata (masyarakat).
Yang keempat, model homeschooling itu sangat banyak. Model homeschooling tak hanya mengadaptasi sekolah. Di sinilah peran besar orangtua untuk belajar mengenai homeschooling.
Membangun budaya belajar baru
Nah, karena setting homeschooling berbeda dari sekolah, maka diperlukan usaha orangtua untuk menjembatani perbedaan mindset dan budaya dari sekolah ke homeschooling.
Dalam homeschooling, sebagian besar proses belajar yang alami memanfaatkan keadaan anak, baik minat, pola kegiatan, gaya belajarnya, dan lain-lain. Proses belajar akan efektif jika berangkat dari anak, baik karena kebutuhan atau kesukaan. Keaktifan dan inisiatif anak memiliki peran yang sangat penting dalam proses homeschooling.
Di sinilah titik krusialnya.
Budaya belajar dalam homeschooling berbeda dengan sekolah. Di sekolah, hal terpenting adalah anak berangkat ke sekolah dan masuk kelas. Semua materi dan proses belajar sudah ditentukan oleh sistem. Jadwal belajar sudah dipastikan. Proses belajar diinisiasi oleh guru. Anak tinggal pasif dan menjalani saja apa-apa yang dikatakan oleh guru.
Kalau proses seperti sekolah ini diadaptasi ke rumah, prosesnya akan sangat berat sekali bagi orangtua. Orangtua harus menjadi pusat belajar. Orangtua setiap kali harus menyuruh anak belajar.
Sementara, anak hanya bersikap pasif dan menunggu perintah orangtua untuk belajar. Belajar tak dirasakan sebagai tanggung jawab, apalagi kebutuhan anak karena mindset-nya seperti sekolah.
Sekali lagi, tantangan dalam peralihan dari sekolah ke homeschooling adalah mengubah mindset orangtua tentang belajar. Belajar bukan hanya tentang mata pelajaran. Yang diharapkan aktif lebih banyak adalah anak. Peran orangtua adalah memfasilitasi kebutuhan dan proses belajar anak.
Proses peralihan ini biasa disebut "deschooling", yang tujuan besarnya adalah membangkitkan kembali minat belajar yang alami pada anak. Orangtua perlu belajar dan mencari pengetahuan tentang "deschooling".
Sumber: rumah inspirasi